INILAH 5 FAKTA TRAGIS TENTANG TRAGEDI STADION KANJURUHAN
Stadion Kanjuruhan merupakan salah satu stadion terbesar di Indonesia, dimana lokasi berada di Jalan Trunojoyo Krajan Desa Kedungpedaringan Kec. Kepanjen Kab. Malang-Jatim.
Nama stadion ini diambil dari sebuah kerajaan Hindu yang sudah ada di Malang sejak abad ke 6 yaitu Kerajaan Kanjuruhan.
Stadion yang merupakan markas bagi Arema FC dan juga Persekam FC ini dibagun mulai tahun 1997 dan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 9 Juni 2004 dengan nilai proyek mencapai 35 Miliar.
Stadion Kanjuruhan mempunyai kapasitas penonton yang mampu menampung hingga 42.449 orang dan dilengkapi dengan kursi penonton yang nyaman.
Selain itu terdapat pula beberapa fasilitas seperti ruang ibadah, ruang ganti pemain, tribun VIP, tribun VVIP, zona pers, hingga ruang broadcasting.
Stadion kebanggaan warga Jawa Timur ini, kini telah menjadi sorotoan dunia.
Bagaimana tidak, tepat pada tanggal 1 Oktober 2022 kemarin, menjadi sebuah peristiwa pilu dalam sejarah sepakbola Indonesia.
Bertepatan pula dengan Hari Kesaktian Pancasila, di Stadion yang berdiri kokoh ini, telah terjadi tragedi kelam dimana ratusan orang meninggal dunia setelah menyaksikan laga pertandingan antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang.
Sungguh ironis, seharusnya dengan dilaksakanannya ajak olahraga ini, masyakarat diharapkan dapat menjunjung tinggi sportivitas dan menjalin silahturrahmi antara supporter dan pemain, malah menjadi ajang maut sehingga tentu merugikan banyak pihak.
Dan berikut ini 5 Fakta Tragis Tentang Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Awal Mula Tragedi
Peristiwa ini bermula saat Arema FC vs Persebaya melangsungkan pertandingan dan dimenangkan oleh Persebaya dengan skor 3-2.
Setelah laga berakhir, tampak beberapa supporter turun ke lapangan menghampiri pemain tim Arema Fc, dan terjadi bentrok.
Hal ini memicu supporter lain untuk turun kelapangan, dan pihak keamanan berusaha untuk menenangkan supporter lain agar tidak ikut turun.
Karena tak terkendali, membuat pihak keamanan terpaksa melepaskan gas air mata ke lapangan dan kearah tribun guna antisipasi kericuhan yang bergejolak.
Tembakan terdengar hingga beberapa kali, sehingga membuat penonton panik dan berlarian turun ke lapangan.
Sangat disayangkan keputusan pihak keamanan menembakan gas air mata di dalam stadion, padahal hal ini jelas dilarang dan melanggar aturan dari pihak FIFA.
Inilah yang menyebabkan banyak penonton merasakan sesak napas dan mata perih, akhirnya terjadi desakan-desakan untuk saling menyelamatkan diri keluar dari pintu 12 Stadion Kanjuruhan.
Dari sinilah satu persatu korban berjatuhan karena terhimpit dan terinjak-injak oleh penonton lain.
Menurut Kapolda Jawa Timur, penyemprotan gas air mata ini sudah sesuai prosedur, tapi kenyataannya sistem pengamanan dalam sepak bola tidak sama dengan demo, inilah yang mungkin perlu dipertanyakan kepada PSSI dan penyelenggara terkait masalah koordinasi pengamanan saat terjadi kericuhan di dalam stadion.
Jadwal Pertandingan
Kepolisian sebelumnya sudah menetapkan pertandingan dimulai pukul 15.30, tapi jadwal tersebut diabaikan oleh penyelenggara, dan pertandingan Arema FC vs Persebaya akhirnya dimulai pukul 20.00.
Hal ini sebenarnya sudah diantisipasi oleh kepolisian, karena pertandingan pada malam hari tentu akan mengganggu keamanan serta kenyamanan baik para supporter, pemain, maupun pihak keamanan itu sendiri.
Over Kapasitas
Dalam ajang pertandingan kemarin, panitia pelaksana diintruksikan untuk menjual tiket sebanyak 25.000, namun panitia justru menjual tiket sebanyak 45.000, sehingga terjadilah pembludakan masa.
Hal ini jelas melanggar prosedur yang telah diatur oleh pihak kepolisian, sehingga tidak bisa terantisipasi.
Ditambah akses keluar saat terjadi kericuhan kemarin juga tidak sebanding dengan banyaknya massa, akhirnya korban pun berjatuhan saling dorong, terinjak, dan terhimpit saat akan menyelamatkan diri masing-masing.
Jumlah Korban
Tercatat dari tragedi kemarin, sebanyak 125 orang meninggal dunia yang terdiri dari supporter baik pria maupun wanita, sampai aparat kepolisian, dan ratusan orang masih dalam kondisi kritis dan luka ringan.
Jumlah ini pun kemungkinan akan bertambah, mengingat masih ada korban yang belum terdata oleh petugas.
Berita ini pun akhirnya mencuat sampai ke luar negeri hingga menjadi perbincangan dunia, dan beberapa klub Liga Primer pun mengucapkan belasungkawa dan turut prihatin atas kejadian ini.
Sanki Tegas
Sampai hari ini, pihak kepolisian masih menyelidiki siapa yang paling bertanggung jawab atas kasus ini, dan tentu akan ada sanksi tegas dan pidana yang telah menanti bagi siapapun yang menjadi provokator atau pihak-pihak lain yang dengan sengaja menyebabkan kericuhan kemarin.
Untuk kepentingan investigasi, maka pihak-pihak terkait akan berkoordinasi dengan kepolisian, pelaksana, hingga masing-masing klub untuk dimintai keterangan lebih lanjut guna penyelidikan.
Sanksi tegas berupa kurungan pidana selama 5 tahun dan juga denda turut menanti bagi siapapun yang telah mengakibatkan ratusan nyawa melayang.
Sanki berat juga akan menanti Arema FC yang telah disampaikan langsung oleh Sekjen PSSI beberapa waktu silam.
Itulah 5 Fakta Tragis Tentang Tragedi Stadion Kanjuruhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2022 kemarin.
Semoga ini menjadi pelajaran penting bagi penyelenggara sepak bola khususnya di Indonesia untuk berbenah dan memperbaiki sistem dan manajemen yang lebih baik lagi kedepannya.
Dan semoga keluarga yang ditinggalkan para korban diberikan ketabahan atas musibah yang menimpanya.